9 November 2014

Sherlock Holmes Turun Tangan

Oleh SUJIWO TEJO

Sherlock Holmes Turun Tangan - Wayang Durangpo
Detektif Sherlock Holmes lagi puyeng-puyengnya gandrung ke anake sing dodol rujak cingur. Eh, malam yang sama masih juga ia didaulat menelesik kematian Raden Burisrawa. Siapa sesungguhnya pembunuh senapati tangguh Kurawa di musim kemarau itu? Apakah tangan kanan Kresna. Raden Setyaki? Apakah penengah Pandawa, Raden Arjuna?

Sebagian ahli forensik membuktikan adanya serpihan lembut tak kasat mata dari atom Wesi Kuning. Itu di bagian dada Burisrawa. Dugaan makin kuat, kematian putra kerajaan Mandaraka itu akibat senjata ngedap-ngedapi dari Setyaki, Gada Wesi Kuning.

Sebagian ahli forensik yang lain membantahnya. Mereka justru membuktikan sidik Panah Pasupati pada leher Burisrawa di hari ke-14 Bharatayuda tersebut. Itu senjata andalan Arjuna.

Perdebatan terjadilah. Tapi ya memang begini ini demokrasi di negeri Pinocchio, Cuk. Pendapat boleh sak karepmu asal masing-masing bisa dipertanggung-jawabkan. Misalnya, orang toh boleh saja berpikir bahwa kolom agama di KTP sebaiknya dihapuskan. Tapi boleh juga orang berwacana bahwa kolom itu harus tetap ada walau boleh dikosongi. Keber-Tuhan-an seseorang tak ditentukan oleh cantuman di KTP.

Begitu juga anak-anak kecil dan ibu-ibu rumah tangga yang kerap menonton Mahabarata versi India di televisi. Mereka tak setuju tuduhan ke Arjuna. Apalagi mereka yang sekaligus menonton acara Panah Asmara, permainan cinta antara pemeran Arjuna dan para gadis pelamar. "Panah Pasupati itu senjata punyanya Telelubbies, Pak De!" seru salah seorang bocah. "Senjata andalan Arjuna adalah Panah Asmara!!!"

***

Perdamaian tak cuma terjadi pada Koalisi Indonesia Hebat dan Koalisi Merah Putih di Senayan. Para ahli forensik pun berkompromi. Mereka sepakat mengubah nama Panah Pasupati menjadi Panah Asmara. Ini sebagaimana Wali Kota Bandung Ridwan Kamil yang akan mengubah nama Jembatan Pasupati di kotanya menjadi Jembatan Panah Asmara (entah ini serius atau tidak).

"Pak Sherlock Holmes, kesimpulan kami sudah bunder serrr... Yang menyebabkan kematian Raden Burisrawa adalah Panah Asmara...," kata yang mewakili salah satu kubu ahli forensik.

"Okay...Okay... Berarti, menurut kalian, pembunuh satu-satunya putra yang berwajah raksasa dari seluruh putra Raja Salya itu anake sing dodol rujak cingur?" tanya Sherlock Holmes. Gaya bicaranya seperti orang mabuk sehabis makan buah kepayang di malam Dracula.

Para ahli forensik thingak-thinguk satu sama lain.

Sherlock Holmes tanggap, "Okay... Okay... Maksudku, yang membunuh Raden Burisrawa adalah Raden Arjuna! Betul?"

Malam itu juga Holmes berusaha move on dari anake sing dodol rujak cingur. Ia segera menghadap Sir Arthur Conan Doyle, pengarang yang mendalangi Sherlock Holmes hingga termasyhur di seluruh jagad sebagai detektif swasta.

***

Curhat Holmes begitu menghadap tuannya, "Saya lagi ruwet, Tuan Dolly."

"Hush! Namaku Doyle. Bukan Dolly. Jangan mentang-mentang kamu orang sudah kelamaan ngekos di Surabaya terus memanggil aku Tuan Dolly, ya?"

"Maaf, Tuan Doyle, saya memohon petunjuk. Mulai dari manakah saya harus menyidik kasus kematian Burisrawa di Tegal Kuru Setia ini? Banyak saksi melihat, Setyaki bertempur habis-habisan. Tapi ada juga saksi yang melihat Kresna-lah dalang dari semua ini. Di kompetisi musim kemarau itu Setyaki sudah terkapar. Kresna tak tega. Dia cabut sehelai rambutnya sendiri. Arjuna didalanginya agar memanah rambut itu. Rambut terpanah tapi anak panah terus meluncur ke leher Burisrawa: Panah Rujak Cingur..."

"Maksudmu Panah Asmara. Holmes?"

"Ya, Tuan Dolly, Eh, Doyle... Kok Tuan tahu bahwa Panah Rujak Cingur itu Panah Asmara..."

"Ya tahu aja. Dulu Mus Mulyadi kasmaran dengan anake sing dodol rujak cingur dalam lagu topnya Boys Come on Boys. Berarti Panah Rujak Cingur itu Panah Kasmaran... Iya to?"

"Wah, Tuan cerdas!"

"Ya, kalau ndak cerdas masa' aku bisa bikin tokoh detektif swasta sepinter kamu. Cuk!"

"Tapi, Tuan, aku sudah bosen jadi orang swasta. Lelah. Harus selalu kreatif baru bisa makan... Boleh nggak aku jadi Pegawai Negeri Sipil saja? Kerja ndak kerja dapat gaji. Males-malesan dapat gaji juga. Dapat pensiun lagi!"

"Hush! Jaga mulutmu, Cuk. Tidak sedap PNS begitu, walau mungkin kebanyakan ya begitu. Heuheuheu. Apalagi kalau sudah hari Jumat. Aku dengar mereka datang cuma untuk senam, nanti jam 10-an pergi Jumatan terus ndak balik-balik lagi, heuheuheu..."

"Tapi, Tuan Doyle, aku dengar dalam Kepresidenan Mister Jokowi ini ndak akan ada lagi penerimaan PNS..."

***

Sudah tertutup kemungkinan untuk menjadi PNS. Sherlock Holmes tak punya pilihan. la mau tidak mau harus bekerja keras. la harus lebih bersemangat dari Persib yang kini jadi juara ISL (mungkin karena Persebaya 1927 ndak ikut). Tawaran untuk menyidik kasus teror dan penembakan mobil Pak Amien Rais pun ditolaknya.

"Biarlah kasus yang menimpa mantan ketua MPR itu ditangani oleh polisi. Aku ingin fokus menelesik kasus terbunuhnya raksasa dari Ksatriyan Cinde Rambang ini," tekad Sherlock Holmes di hatinya.

Atas saran Tuan Doyle, Holmes pun menjalin tukar-menukar info rahasia dengan Pinocchio yang didalangi Carlo Collodi serta Dracula yang didalangi Bram Stoker. Ia pun bahu-membahu dengan tokoh-tokoh dunia bocah yang didalangi Grimm Brothers.

"Arjuna mungkin masih punya dendam pada Burisrawa. Istrinya, Dewi Subadra, dulu dicintai dan dibunuh oleh Burisrawa," info Pinocchio ke ponokawan Bagong. "Masuk akal kalau bosmu yang membunuh Burisrawa. Jejak Panah Asmara ada di jasadnya."

"Tapi jangan lupa," sambung Dracula. "Setyaki yang power-nya bagai Bima itu juga punya panah andalan. Panah Nagabanda. Ini yang memuncratkan darah Burisrawa dan kuseruput... Ingat, senjata Ksatriya Lesan Pura itu bukan cuma Gada Wesi Kuning dan Pedang Mangebama yang lebih panjang dari hidung Pinocchio."

Titik terang mulai kelap-kelip. Akhirnya Sherlock Holmes dengan cerah kembali mendatangi anake sing dodol rujak cingur untuk menyampaikan kesimpulan. "Jadi, yang membunuh Burisrawa itu kemarau panjang atau akan naiknya harga BBM, Cak?" gadis itu penasaran dengan manjanya.

"Bukan, Ning" tandas Holmes. "Yang membunuh Burisrawa adalah penguasa di balik layar: Pak Dalang!"


SUJIWO TEJO tinggal di www.sujiwotejo.com / www.sudjiwotedjo.com twitter @sudjiwotedjo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan bijak