16 November 2014

Membaca Pertanda

Oleh SUJIWO TEJO

Membaca Pertanda - Wayan Durangpo
Nah! Hari ini Cangik ketemu jawabnya. Kenapa kok akhirnya ponokawan kurus kerontang itu punya kutukan dapat suami majenun? Dulu kurang apa dia, coba? Ada tiga lanangan calon suaminya. Semua apik-apik. Pintar. Penuh perhatian. Kaya. Ganteng walau tak sampan setampan pemeran Arjuna Mahabarata India, Shaheer Sheikh. Tapi pokoknya ndak jelek-jelek amat seperti almarhum suaminya yang kini mewariskan Limbuk, anak gembrot dan perawan tua satu-satunya.

Joko yang dikenalkan oleh Upin dan Ipin itu kurang apa? Dia pengusaha mebel. Sejak pertama mengenalnya di Kampung Durian Runtuh, Cangik sudah tertarik watak Mas Joko. Orangnya sederhana. Suka bekerja. Yang tidak suka dia tentu ada. Biasalah dalam hidup. Teman Upin dan Ipin yang cerewet seperti Ehsan, contohnya, bilang begini: Ah Mas Joko itu orangnya terlalu suka pencitraan.

Tapi, ya, Cangik ndak masalah. Apalagi Sidin, teman Cangik, tegas-tegas tak mendukung Ehsan.

"Mas Joko itu yok opo, Cuk?" tanya Cangik.

"Baguuuuuusss!!!" Sidin menegaskan.

O ya, Sidin ini nama aslinya Sedan. la mengganti namanya Toni Sedan jadi Tino Sidin setelah kagum ke Pak Tino Sidin. Beliau guru gambar era 70 sampai 80an yang dicintai anak-anak, yang selalu bilang "baguuuuuusss" pada seluruh hasil karya anak-anak Nusantara.

Cangik kembali bertanya, "Kalau Pak Jusuf yok opo, Cuk?"

"Baguuuuuuusss!!!!"

Cangik mengenal Pak Jusuf dari seorang pemalas bernama Nobi Nobita. Walau pemalas, Cangik percaya bahwa pilihan Nobita pasti tak sembarangan sebab ia dibantu oleh kucing pembisiknya dari abad ke-22, Doraemon. Terbukti Pak Jusuf orangnya memang cekatan. Kerjanya cepat. Yang nggak suka dia, lagi-lagi, pasti ada. Biasalah dalam hidup. Batu bacan saja tidak semua orang suka. Gian dan Suneo teman Nobita, misalnya, bilang bahwa Pak Jusuf orangnya suka kebablasan menyalip atasannya.

"Betulkah?" kepada Sidin Cangik bertanya sekali lagi.

"Ah, tidak. Pak Jusuf orangnya baguuuuuuusssss!!!!"

Ya, ya, bagus. Menurut Sidin, lelaki ketiga yang dikenalkan oleh Tintin dan Milo juga baguuuuuuussss. Nama lelaki itu Cangik sudah lupa saking lamanya sahibul cerita telah bersilam. Yang jelas lelaki itu bahasa Indonesia-nya tak fasih, kecuali hanya beberapa patah kata seperti "Sate" dan "Nasi Goreng". Kalau lagi apel bertiga, kelihatan sekali wong lanang ini bisa mengendalikan Mas Joko dan Pak Jusuf.

Ketiganya tampak punya selera yang sama, yang Cangik sudah lupa apakah itu. Yang dia eling, bila tuannya bijaksana, betapa kucing dan anjing tak selamanya bermusuhan. Mereka bisa memilih orang yang tunggal selera. Ingat, yang terutama memperkenalkan dia kepada Pak Jusuf adalah kucing Asia Nobita, Doraemon. Yang terutama memperkenalkan dia kepada lelaki satunya lagi adalah anjing Eropa Tintin, Milo. Nobita dan Tintin cuma ngombyongi.

Kalau kebetulan apel bersama di beranda rumah Cangik, ketiga lelaki itu bisa bersenda-gurau sambil makan sate, nasi goreng atau apa saja walau tetap terasa bahwa lelaki yang satu itulah yang berada di atas angin.

Bukan berarti Mas Joko dan Pak Jusuf kalah bagus. Tidak. Ketiganya bagus kok. Asli! Tapi kenapa akhirnya Cangik terjerumus menikahi lelaki yang ndak baguuuussss?

***

Destarastra harus memilih dalam hidupnya. Itulah lakon dari kerajaan Aslina Pura yang menggugah Cangik.

Lain lubuk lain ikannya. Lain perempuan lain suaminya. Demokrasi memilih anggota DPR. Kerajaan memilih permaisuri.

Saat itu Destarastra yang akan memimpin Kerajaan Astina Pura harus memilih di antara tiga perempuan ayu-ayu. Mereka Dewi Gendari dari Kerajaan Plasajenar, Dewi Kunti dari Kerajaan Mandura, dan Dewi Madrim dari Kerajaan Mandaraka.

Masing-masing berwirausaha sendiri-sendiri agar tak terpilih oleh Destarastra. Mereka tak ingin memiliki suami buta. Mereka lebih ingin bernasib diperistri oleh adik Destarastra, Pandu Dewanata. Mudah dimengerti. Pandu dan Destarastra tunggal ayah, yaitu Begawan Abiyasa, tapi Pandu sangat tampan, matanya melek dan jago memanah.

Usaha Madrim adalah berdoa kepada dewa favoritnya, Batara Aswin. Dewa kembar yang dikenal sebagai menteri kesehatan negeri kahyangan ini meminumi Madrim ramu-ramuan yang akan membuainya ditampik oleh Si Buta dari Astina Pura. Doa cespleng! Pas mendekati Madrim dan mengendus bau keringatnya, Destarastra tiba-tiba lunglai kehilangan gairah seksnya. Madrim sukses.

"Baguuuuuuuusssss!!!" seru Sidin.

Usaha Dewi Kunti adalah lembur berdoa kepada dewa favoritnya, Batara Surya. Menteri penerangan negeri kahyangan ini melumuri tubuh Kunti dengan ekstrak bunga matahari yang kalau terendus Destarastra akan menyengat seperti bau mayat kadafer. Kunti sakses.

"Baguuuuuuuuussss!!!" Sidin kembali berseru.

Pas masuk bilik Dewi Gendari, Destarastra langsung ngacir lebih cepat dibanding ketika ia balik kanan dari bilik Kunti dan Madrim. Bau amis Gendari tak ketulungan. Memang atas saran adik Gendari, Sengkuni, Gendari meluluri sekujur tubuhnya dengan minyak ikan asin. Itu pun yang sudah basi. Masih juga dicampur gerusan kulit-kulit udang dari tempat sampah. Howeeeeek...

Destarastra sudah balik kanan keluar dari bilik Gendari. Tapi... bumi gonjang-ganjing... la tiba-tiba merangsek kembali ke bilik Gendari dan serta-merta mendekapnya. Napasnya memburu. Dengan nafsu tak tertahankan ia tetapkan Gendari sebagai istrinya. Aaaaaakh... Sejak itu Gendari menutup matanya dengan kain. Tak ingjn ia melihat kenyataan bahwa kodratnya bersuamikan lelaki buta.

"Bagus nggak kelakuan Gendari?" tanya Cangik.

"Hmmmm…." Sidin tak berkata-kata.

***

Cangik bangga. la tidak menutup mata walau akhirnya bersuami lelaki yang tidak baguuuuuussss. Apa pun, ia merasa bahwa orang hidup harus berani melihat kenyataan. la cuma teringat bahwa Destarastra mendadak bergairah pada bau ikan di tubuh Gendari karena tiba-tiba kesusupan arwah Naga Kowara. Kowara ingin bersembunyi di raga Destarastra. la sedang dikejar-kejar oleh arwah Naga Erawata yang hendak merebut jimat Sasraludira darinya. Dunia politik arwah para naga percaya, sesiapa mampu memiliki Sasraludira maka keturunannya akan sanggup mengendalikan Nusantara.

"Mungkinkah?" batin Cangik, "Mungkinkah Milo dan Doraemon berantem satu periode pilpres lamanya seperti Naga Kowara dan Erawata, terus salah satunya lari setelah berhasil merebut semacam Sasraludira dan angslup ke dalam ragaku, terus aku lebih memilih almarhum ayah Limbuk yang bau ikan asinnya ngaudubilah?"

"Pak Cik Sidin, cam mana pertanyaan Mak Cik Cangik itu kalau Pak Cik tak silap?" cakap Upin dan Ipin ke Sidin.

"Nganu... Baguuuuuuuussssss!!!!!"


SUJIWO TEJO tinggal di www.sujiwolejo.com / www.sudjiwotedjo.com / twitter @sudjiwotedjo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan bijak