Pernahkah engkau merasa hari-hari
berubah menjadi cakrawala?
sunyi menancapkan tiang-tiang,
bendera membisu
jamur membusukkan percakapan
bisikan dan siul pergaulan.
Di rumah-rumah kampung dan desa
cermin diretakkan kecemasan
yang disembunyikan dalam tawa
dan canda cabul tak mengenal harga.
Benarah masih ada republik dan negara
ketika pasar bingung
menghanguskan impian
menghajar langkah-langkah bayi?
Ini sudah melewati masa tangis dan luka
mengharap pada lagu
pengembara waktu
melepaskan panah-panah bercahaya:
senyuman
2015
Cermin Lautan
mana yang lebih berarti, gelombang dan air
menguasai permukaan
ataukah pelabuhan, dermaga dan kapal
kecil nelayan?
garis batas tak terbaca
pelanggaran tak terasa
Dalam kisah lama disebutkan,
pelayaran jauh
untuk meneguhkan jiwa
bahasanya, jangkar-jangkar raksasa
ditancapkan pada kedalaman sunyi
Kadang muncul kegaduhan
laut menjadi wilayah perang
kapal dan pesawat bernafsu mesiu
saling menghadang dan menembakkan
kematian
Siapa kehabisan nyanyi?
Siapa kehabisan doa?
Ketika mesin bor menusuk wajah bumi
Di bawah air, tambang dan gas
dihisap ke angkasa
Peta penaklukkan selalu dibuat baru
disambut gembira, "Silakan Mister
kuasailah lautan kami."
Ruh-ruh yang terkubur di sana
menyalakan mata.
2015
Cermin Tubuh
Membaca usia wajah, rindu bergera bersama
malam. Nama-nama berbaris di bulu mata, panggilan sunyi
Senantiasa wangi embun dada, membuat
janji mencumbu. Gemetar, gugup, kurang
tuntas dalam menari.
Serpihan gelisah, berlayarlah kisah-kisah lama.
Tanpa pelabuhan,
berputar-putar pada yang samar
Hei, ini sejarah tubuh. Jangan kau lupakan hangatnya.
Kaki dan pelukan
Malam menghisap keringat, siang membuatnya banjir,
Bayang-bayang licin dari waktu.
Hasilkan nada, warna kulit,
menuju keript senja
Melahirkan kembali
Cinta.
2015
Bulan Mei
Apa kau kira langit tidak bisa mendidih kembali?
Hujan telah lewat dan sembunyi di balik musim
Kadang masih ada mendung, menghadang pengembara
Menyerah ke mana? Menyerah kepada siapa?
Rindu kebebasan belantara, dan hari meledak satu-satu lewat dinding kota.
Apa kau kira langit tidak bisa menghantam bumi?
Dengan gema dan gempa yang tidak terduga
Arah selalu disembunyikan oleh Tuhan
Agar yang suka menebak makin mabuk makna
lupa pada jejak semut yang rapuh di rerumputan terlindung doa semesta.
2015
MUSTOFA W. HASYIM, ketua Studio Pertunjukan Sastra Jogjakarta, kumpulan puisinya, antara lain, Pohon Tak Lagi Bertutur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan bijak