10 Mei 2015

Silang Sengkarut Takdir Istana

Oleh J. SUMARDIANTA

Silang Sengkarut Takdir Istana - Ruang Putih Jawa Pos
JEPANG abad ke-18 dilanda wabah cacar merah. Epidemi itu menewaskan sebagian besar populasi kaum laki-laki. Akibatnya, Shogun Tokugawa, pemimpin tertinggi kekaisaran, terpaksa didelegasikan kepada kaum perempuan hingga tiga generasi. Tokugawa Tsunayoshi merupakan generasi kelima Shogun Jepang. Shogun perempuan dengan tindak tanduk kontroversial. Maklumatnya menggegerkan sekujur negeri.

Dinamika politik istana berpusat kepada keinginan para bangsawan agar Tsunayoshi punya anak lelaki. Pelbagai intrik bermuara kepada hasrat suksesi tersebut supaya generasi penerus Shogun kembali bercorak patriarki, bukan matriarki. Lord Nobuhira, suami resmi Shogun, tidak memberikan keturunan. Perkawinan Shogun dengan selir Lord Denbe hanya menghasilkan balita, putri Matsu.

Nobuhira, guna memperkuat posisinya di lingkungan istana, merekrut Emmonosuke. Pemuda dari Kyoto itu didapuk sebagai pelayan senior puri suami resmi. Shogun Tsunayoshi terpikat kepada ketampanan dan kecerdasan Emmonosuke. Shogun meminta suami resminya merelakan pelayan senioirnya itu. Shogun menginginkan Emmonosuke menjadi gundik. Sayang, Emmonosuke berusia 35 tahun. Peraturan istana melarang Shogun bercinta dengan lelaki berusia 35 tahun. Emmonosuke lalu didapuk menjadi bendahara kekaisaran.

Wewenang bendahara istana sangat strategis. Emmonosuke, guna mengurangi intrik dan konflik, menyarankan Shogun agar Lord Denbe dibuatkan puri sendiri. Denbe sangat dekat dengan Lord Keishon. Ayah kandung Shogun itu di kalangan para bangsawan dijuluki “rubah lua yang licik”. Suatu hari istana dirundung kiamat kecil. Putri Matsu wafat pada usia 6 tahun. Kepergiannya meninggalkan duka berlarat bagi Shogun, Denbe, dan Keishon. Tetapi, kesedihan tidak berlangsung lama. Gemuruh istana justru menggeliat dipicu kesedihan itu.

Nobuhira, Denbe, dan Keishon punya tabiat sama. Mereka gemar jor-joran, bersaing menyelenggarakan festival panggilan malam. Pesta pora tari bugil gaduh di kebun istana lewat audisi kesenian diikuti para pemuda yang datang dari pelbagai pelosok negeri. Pemuda-pemuda yang lolos seleksi akan diperkenankan menghadiri panggilan malam. Secara urut, mereka diundang Shogun untuk bercinta di kamarnya. Hasilnya, nihil. Jangankan melahirkan orok lelaki. Shogun bahkan setelah 17 tahun, sesudah kematian putri Matsu, tidak pernah bisa hamil lagi.

Shogun terkadang juga minta diantar ke Puri Narisada agar bisa bercinta lagi dengan Oguri, suami gubernur Narisada. Oguri adalah pacar Shogun di masa mudanya. Shogun juga mengajak tidur Sudasu, anak lelaki pasangan Narisada-Oguri. Oguri dan Sudasu tewas. Mereka depresi berat mengkhianati istri dan ibu. Wilayah gubernuran dikembalikan Narisada kepada Shogun.

Shogun pernah meminta dua orang pemuda masuk ke biliknya. Bukan buat orgi (bercinta campur aduk) dengan Shogun. Kedua pemuda homo itu justru disuruh bercinta diranjang Shogun. Kedua pemuda ketakutan hendak dihukum mati gara-gara menolak permintaan Shogun. Salah seorang pemuda menghunus katana (pedang pendek) hendak menikam diri. Aksi harakiri itu digagalkan Emmonosuke.

“Pedang ini buat melindungi Shogun. Bukan untuk dikotori darahmu,” ujar Emmonosuke sambil mengusir kedua pemuda tersebut.

Shogun, atas anjuran ayahnya, mengeluarkan dekret konyol. Shogun lahir pada tahun anjing. Agar bisa melahirkan bayi laki-laki, dikeluarkan “dekret mengasihi makhluk hidup”. Anjing dibiarkan merajalela di mana-mana. Bahkan, anjing harus dipanggil Yang Mulia. Dekret gila itu makan korban. Seorang perempuan muda tewas dicabik-cabik gerobolan anjing liar saat berbelanja di pasar. Semua orang hanya bisa menonton. Mereka, karena takut dihukum berat oleh Shogun, tidak berani menolong gadis malang tersebut. Jangankan mengusir anjing, seorang kepala keamanan istana dipecat hanya gara-gara menggebuk lalat yang hinggap di wajahnya sampai mati.

Suatu malam Shogun nyaris celaka. Dia hampir dibunuh dengan menggunakan belati oleh seorang pemuda yang lolos audisi panggilan malam. Beruntung, Emmonosuke sigap. Pelayan istana yang dijuluki “penjaga ranjang Shogun” itu berhasil mencegah pertumpahan darah dengan menebas tangan pelaku dengan menggunakan samurai. Saat diinterogasi Asanuma, pemuda itu mengaku dendam kepada Shogun. Tsunayoshi disebutnya sebagai Shogun tidak tahu malu dan penggila laki-laki muda. Shogun menyedihkan dengan dekret bodoh. Gadis muda yang tewas dikeroyok anjing di pasar itu tunangan Asanuma.

Tokugawa Tsunayoshi akhirnya sadar. Dia menetapkan Lord Kofu sebagai Shogun baru bergelar Tokugawa Tsunatoyo. Shogun baru dipilih karena prestasinya sebagai gubernur Kofu. Tsunayoshi menentang keinginan ayahnya yang menginginkan ibu tirinya diangkat sebagai Shogun. Tsunayoshi yang sudah bertobat berpikiran sinergis: memutus mata rantai kegilaan dengan mengembalikan takhta kekaisaran pada tradisi patriarki.

***

Kraton Yogyakarta sedang gaduh. Ujung dari seluruh kehebohan tidak lain sengketa soal suksesi. Sri Sultan Hamengku Buwono X belum lama ini mengeluarkan titah yang dianggap kontroversial. Pertama, penyebutan Buwono diganti menjadi Bawona. Kedua, kata Khalifatullah dalam gelar Sultan “Ngarso Dalem Sampeyan Dalem ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati ing Ngalaga Ngabdurrakhman Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sedasa ing Ngayogyakarta Hadiningrat” dihilangkan.

Ketiga, penyebutan kaping sedasa diganti kaping sepuluh. Keempat mengubah perjanjian pendiri Mataram Ki Ageng Giring dan Ki Ageng Pemanahan. Kelima, menyempurnakan keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek dengan Kanjeng Kyai Ageng Joko Piturun. Sultan juga mengubah nama anak pertamanya. Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun menjadi GKR Mangkubumi. Sultan dinilai tengah menyiapkan anak pertamanya itu sebagai putrid mahkota penerus takhta.

Adik-adik lelaki Sri Sultan HB X, yakni Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hadikusumo, Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Prabukusumo, GBPH Yudhaningrat, GBPH Cakraningrat, GBPH Condrodiningrat, GBPH Suryaningrat, GBPH Suryonegoro, dan GBPH Hadinegoro menentang titah Sultan. Mereka menganggap, jika gelar itu dihilangkan, Sultan sudah bukan raja Kasultanan Jogjakarta lagi. Sultan dinilai tidak mengikuti paugeran dan hendak memutus tradisi.

Seluruh anak Sultan HB X adalah perempuan. Menurut tradisi, bila Sultan tidak mempunyai anak laki-laki, yang menjadi penerus suksesi tidak lain adik lelaki tertua yang bergelar KGPH. Jika tidak kunjung terurai, sengketa itu bisa berakibat serius bagi masyarakat Jogjakarta dan bangsa Indonesia secara keseluruhan.

Jogjakarta selama ini menjadi barometer kehidupan Indonesia. Saking damainya, Jogjakarta dijuluki “miniatur surge”. Kota tersebut paling sulit dirajam kerusuhan karena ada figur-figur pemersatu keratin kasultanan. Solo gampang rusuh karena krisis keteladanan. Para bangsawannya bertikai melulu.

Masyarakat sekarang galau. Bangsawannya ribut, Jogjakarta jadi gampang dibikin gaduh. Konflik pilkada bakal mengeras karena absennya solidarity maker sebagai juru damai. Apalagi, simbol-simbol budaya Jogjakarta sudah mengalami pergeseran. Kota budaya berubah menjadi kota kosmopolitan akibat terdesaknya penduduk asli oleh warga pendatang. Kota pelajar berubah menjadi megapolitan neoliberal akibat pembangunan mal, hotel, dan apartemen yang tidak terkendali. Di mana-mana kapitalisme itu identik keserakahan.

Bukan sebuah kebetulan: konflik Kraton Yogyakarta berdekatan waktunya dengan konflik di lingkungan Golkar, PPP, KMP-KIH, Polri-KPK, dan Ahok-DPRD DKI. Mengapa? Semakin rasional manusia modern semakin irasional mentalitasnya. Jangankan bermental menang-menang (win-win solution). Konflik tetap terbelenggu otak reptil kalah-menang atau menang-kalah.

Para pemangku kepentingan keraton harus mengedepankan sinergis -cara berpikirku ketemu cara berpikirmu menghasilkan cara berpikir kita. Mari mendahulukan “kita” ketimbang “aku” agar istana tidak menjadi tempat silang sengkarut takdir (the castle of crossed destinies).


J. SUMARDIANTA, penulis buku Guru Gokil Murid Unyu (2013) dan Habis Galau Terbitlah Move-On (2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan bijak